Sejarah
Silat Perisai Diri atau biasa di singkat PD merupakan aliran pencak silat yang unik, kaya akan pengaruh aliran-aliran beladiri yang lain, seperti pengaruh aliran kungfu shaolin dan berbagai macam aliran pencak silat yang ada di pulau jawa. Dari berbagai aliran pencak silat dan kungfu ini kemudian oleh terbentuklah aliran pencak silat baru yang asal mulanya bernama Eka kalbu yang kemudian berkembang menjadi Perisai Diri (PD).
Perisai Diri di Dirikan Oleh RM. Soebandiman Dirdjoatmodjo atau akrab di panggil Pak Dirdjo, beliau lahir pada 18 Januari 1913 d Yogyakarta, Pak dirdjo adalah keturunan Ningrat dari putra RM.Pakoesoedirdjo dan masih kakek buyutnya paku alam II, sejak lahir sampai remaja pak dirjo hidup dilingkungan keraton paku alam.
Sejak berusia 9 tahun Soebandiman (nama kecil pak dirjo) telah mahir bermain pencak silat,maka oleh orang-orang di keraton pakualaman beliau di percaya untuk melatih teman-temannya.
Pada tahun 1930 setelah tamat dari HIK (Hollands Inlandsche Kweekchool) atau sekolah setingkat SMP untuk para calon guru, beliau meningalkan keraton untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki ke arah timur ke arah kota jombang jawa timur.
Setelah sampai di jombang beliau belajar pengetahuan agama di pondok pesantren tebuireng dan sekaligus memperdalam ilmunya silat dari dari salah seorang yang di sapa Hasan Basri. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya beliau sambil kerja di pabrik gula peterongan. Setelah di rasa cukup pak dirjo kemudian pulang kembali ke barat, sesampainya di solo, beliau memperdalam kembali ilmu silatnya pada sayid sahab dan belajar ilmu kanuragan dari kakenya, ki jogosurasmo.
Rasa ingin mempelajari ilmu silat yang begitu tingi yang kemudian belia melanjutkanperjalanan ke semarang, disini beliau belajar silat pada seorang yang beraliran Setia Saudara yang bernama Soegito dan melanjutkan belajar silat di pondok pesantren Randu Gunting. Setelah merasa cukup belajar silat di semarang beliau melanjutkan perjalanan ke cirebon yang sebelumnya singgah terdahulu di kuningan. Disini beliau belajar silat beraliran Minangkabau, Aceh dan silat Sunda.
Dari proses belajar yang terus menerus ini kemudian beliau pun mulai mengolah ilmu silat yang telah di pelajari dan memiliki ciri khas tersendiri,untuk itu kemdian beliau menetap di Banyumas Jawa Tengah dan pada tahun 1936 mendirikan perkumpulan pencak silat yang diberi nama Eka kalbu yang artinya satu hati.
Di tengah kesibukan melatih datang seorang ahli kungfu Tionghua yang beraliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi). Nama ahli kungfu ini Yap Kie San, ia adalah penerus aliran kungfu Louw Djing Tie. Dalam catatan sejarah Louw Djing Tie adalah seorang ahli kungfu yang namanya cukup di kenal di dunia ilmu beladiri baik dari asalnya di daratan cina maupun di Indonesia.
pak dirjo kemudian mempelajari aliran kungfu ini , dan mendapat pengakuan sebagai murid dari Yap Kie San setelah mempelajarinya selama 14 tahun. Berbagai gemplengan yang begitu keras dan cobaan telah beliau lewati hingga akhirnya beliau mencapai puncak latihannya. Diantara teman-teman seperguran pak dirdjo yang masih bertahan selama latihan hanya tinggal enam orang dan dua diantaranya adalah orang pribumi yaitu Pak Dirdjo sendiri dan Brotosoetarjo yang kemudian mendirikan Perguruan Silat Bima (Budaya Indonesia Mataram).
Setelah cukup lama merantau kemudian beliau kembali ke Yogjakarta. Di sana beliau bertemu dengan Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan) yangternayata masih paman-Nya meminta beliau untuk mengajarkan ilmu silatnya di perguruan Taman Siswa di Wirogunan. Tak lama beliau mengajar, beliau di sibukkan dengan pekerjaanya sebagai Magazie Meester di pabrik Gula Plered.
Dua tahun setekah proklamasi kemerdekaan pak Dirjo di angkat sebagai Pegawai Negeri di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Seksi Pencak Silat yang di ketua oleh Muhammad Djoemali. Beliau di percaya untuk mengajar di Himpunan Siswa budaya, yaitu sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa UGM, selain di kampus UGM, beliau juga mengajarkan ilmu silat di kantornya. Diantara murid-murid beliau yang pernah belajar di Yogjakarta adalah Ir.Dalmono (di Rusia sekarang), Alm. Prof. Dr Suyono Hadi (Dosen Unpad) dan bambang Moedjono yang oleh kalangan pencak silat akrab dipanggil Mas Wuk.
Pada tahun 1955 beliau Hijrah ke Surabaya karena panggilan tugas, di surabaya beliau juga menyebarkan Ilmu Silatnya. Di kota inilah dengan di bantu Imam Ramelan pada tanggal 2 juli 1955 nama Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai diri didirikan. Para murid pak Dirdja yang tersebar di Banyumas, Jogja dan surabaya meleburkan diri kedalam Perisai Diri hingga sekarang
Dari hasil belajar Siauw Liem Sie pak dirdja mempergunakan jurus-jurusnya secara fungsional dan aplikatif sesuai dengan anatomi tubuh manusia. Ilmu silat Perisai Diri dalam prosesnya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”, Perisai diri berkembang pesat diberbagai daerah di Nusantara ke manca negara, diantaranya yaitu Amerika Serikat, Inggris, Australia, Belanda, Jerman, Austria, Swiss, Singapura, Timor Leste, bahkan di Jepang. Teknik silat Perisai Diri tetap menggunakan bahasa aslinya walaupun diajarkan di negara lain. Para pesilat Perisai Diri dari berbagai negara berkumpul dalam ajang Kejuaraan Internasional yang rutin diselenggarakan tiap dua tahun sekali. Selain sebagai even olahraga, kejuaraan ini juga sebagai wadah silaturahmi sebagai keluarga besar.
Pada tanggal 9 Mei 1983 sang Guru Besar Perisai diri RM.Soebandiman Dirdjoatmodjo menutup usia, estafet perguruan kemudian dilanjutan oleh murid-murid beliau. Atas jasa-jasanya ini Pemerintah Republik Indonesia Menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi Sang Guru Alm.RM.Soebandiman Dirdjoatmodjo.
Tingkatan Pencak Silat Perisai Diri (PD)
Tingkatan pesilat Perisai Diri dibagi dalam beberapa tingkatan yang masing-masing ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar, tingkatan tersebut dikelompokkan dalam Tingkat Dasar dan Tingkat Keluarga.
Tingkat Dasar terdiri dari Dasar I (Sabuk Putih), Dasar II (Sabuk Hitam) dan Calon Keluarga (Sabuk Merah). Tingkat Keluarga (Sabuk Merah) terdiri dari beberapa tingkatan yang ditandai dengan warna strip pada badge di dada kiri.
Teknik Pencak Silat Perisai Diri (PD)
Teknik silat Perisai Diri terdiri dari lima tahapan, yakni pengenalan, pengertian, penerapan, pendalaman dan penghayatan. Dalam silat Perisai Diri terdapat Teknik Kombinasi dan Teknik Asli.
Teknik Kombinasi merupakan teknik-teknik di silat Perisai Diri yang mencakup unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia . Berbagai teknik silat tersebut kemudian dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Kombinasi diantaranya adalah Cimande, Betawen, Bawean dan Jawa Timuran. Di samping itu ada juga Teknik Minangkabau yang digali dari teknik silat daerah Sumatera Barat yang dilengkapi dengan beberapa teknik lain.
Teknik Asli dalam silat Perisai Diri sebagian besar diambil dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi). Dengan kreativitas Pak Dirdjo, yang mirip hanyalah sikap awalnya saja, sedangkan gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia . Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat. Teknik Asli dalam silat Perisai Diri diantaranya yaitu Burung Meliwis, Burung Kuntul, Burung Garuda, Harimau, Naga, Satria, Pendeta dan Putri.
Mulai tingkat dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata lain, seperti celurit, trisula, abir, tombak, golok, pedang samurai, pentungan, kipas, teken, payung, roti kalong, senapan, bayonet, dsb.
Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik senjata, maka anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata. Sebagai contoh, dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan kekurangan dari senjata pendek. Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris sebagai senjata, atau bahkan pena dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang pesilat akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila memang keadaan sudah mendesak.
Metode praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh pesilat Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar. Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera“. Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya. Metode Serang Hindar ini telah diformulasikan oleh Pak Dirdjo agar bisa memberi rasa aman bagi kedua pesilat. Selama berlatih, pesilat diminta untuk melakukan serangan dan hindaran yang sesuai dengan pedoman teknik silat Perisai Diri.
Ketika pesilat telah menduduki tingkat Asisten Pelatih , ia akan mulai menerima pelajaran teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk kebugaran maupun untuk menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri dibagi menjadi 3 tahap. Tahap 1 tujuannya untuk menghimpun tenaga. Pada tahap 2 akan difokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang telah mampu dihimpun sebagai hasil latihan di tahap 1, kini diarahkan untuk dilepaskan dalam bentuk-bentuk teknik, baik serangan, tolakan, papasan dan bahkan hindaran. Pada tahap 3 akan ditekankan pada implementasi nafas ke dalam seluruh gerakan silat. Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat akan mampu bernafas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika menghasilkan tenaga saat diperlukan. Seluruh pola pernafasan, cara implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini.
Kepada pesilat yang telah memiliki kemampuan lebih dalam ilmu bertarung setelah mempelajari teknik tangan kosong, teknik senjata dan teknik pernafasan, untuk menyeimbangkan gemblengan fisik sangat perlu diberikan gemblengan mental spiritual untuk menjadi pesilat yang berbudi luhur, yang dalam Perisai Diri dikenal dengan istilah kerokhanian, yang diberikan secara bertahap untuk memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada umumnya, sehingga diharapkan tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara pengetahuan silat dan kerokhanian akan menjadikan anggota Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang Pencipta.
Pencak silat Perisai Diri di Tinjau dari Beberapa Aspek
Aspek Olahraga Pembinaan Jasmani
Pencak silat merupakan olahraga yang menggerakkan anggota tubuh terlengkap dibanding dengan olahraga lain. Khususnya silat Perisai Diri, teknik silatnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia. Pesilat berolahraga dengan senam teknik silat yang mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok.
Bagi anak-anak dan remaja yang dalam masa pertumbuhan fisik, tentunya diperlukan aktivitas olahraga untuk membantu perkembangan tubuh mereka. Sedangkan bagi orang dewasa diperlukan aktivitas olahraga untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Olahraga silat Perisai Diri akan sangat membantu sirkulasi darah dan oksigen, baik untuk otak maupun untuk paru-paru.
Di samping itu, khusus untuk pelajar dan generasi muda juga perlu pembinaan fisik dan jasmani yang memadai guna menjadi manusia yang tangguh, ksatria dan sportif dalam melanjutkan dan mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa Indonesia .
Aspek Seni Budaya
Pencak silat merupakan warisan luhur budaya bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan saat ini telah menembus dunia internasional. Terutama bagi pemuda sebagai generasi penerus bangsa, perlu menjadi motor dalam melestarikan budaya bangsa yang apabila tidak dipertahankan akan terkikis oleh masuknya budaya asing yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia . Kekhawatiran guru dan orang tua adalah terjerumusnya pelajar dalam budaya negatif yang menjurus kepada obat-obatan terlarang dan pergaulan bebas. Dengan ditanamkannya rasa bangga terhadap budaya bangsa Indonesia dalam jiwa pemuda diharapkan dapat menjadi benteng dan filter dari godaan budaya asing yang berdampak negatif.
Aspek Ilmu Beladiri
Pencak silat merupakan suatu pelatihan teknik beladiri.. Selain itu teknik silat Perisai Diri juga mudah diadaptasikan dengan berbagai keperluan, diantaranya yaitu untuk beladiri militer dan petugas keamanan.
Dalam Perisai Diri diajarkan teknik beladiri yang efektif dan efisien yang bersifat cepat, tepat dan keras. Metode praktis dalam Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar, yang mana metode ini tidak terdapat dalam perguruan beladiri lain. Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”. Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.
Selain beladiri tangan kosong, di Perisai Diri juga diajarkan teknik senjata dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan penguasaan ketiga senjata wajib tersebut, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang dan toya mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai senjata. Teknik tersebut dapat dikembangkan untuk senjata tambahan, diantaranya yaitu golok, celurit, trisula, tombak, abir, pedang samurai, ruyung, rotikalong, teken, senapan, bayonet, pentungan, payung, kipas, dsb.
Aspek Olahraga Prestasi
Pada umumnya sekolahan, perguruan tinggi, instansi pemerintah ataupun perusahaan swasta mempunyai kegiatan olahraga, terutama yang dapat berpartisipasi dalam even-even pertandingan atau diistilahkan dengan olahraga prestasi.
Bagi anak-anak dan remaja pada umumnya mereka mulai mencari kegiatan yang dapat merangsang perkembangan agresifitas mereka. Mereka juga akan berusaha untuk meraih suatu prestasi dalam hal olahraga. Bagi mereka, untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dari yang lain adalah sesuatu yang bisa dibanggakan, sehingga dapat menambah rasa percaya diri mereka dalam bersosialisasi di sekolah maupun di lingkungannya.
Melalui olahraga pencak silat diharapkan kita dapat mengasah keterampilan dan mengukir prestasi melalui even-even pertandingan, baik berskala regional, nasional maupun internasional. Selain untuk diri pribadi, prestasi dapat mengangkat nama institusi dan daerah.
Perisai Diri dapat menjadi jembatan yang menghantarkan pesilat yang berpotensi untuk menjadi atlet. Perisai Diri mempunyai kejuaraan intern, yaitu Kejurcab, Kejurda, Kejurwil, Kejurnas antar Daerah, Kejurnas antar Instansi, Kejurnas antar Perguruan Tinggi, hingga Kejuaraan Internasional yang diikuti oleh berbagai negara yang memiliki Komisariat Perisai Diri.
Perisai Diri juga anggota dari induk organisasi pencak silat di Indonesia , yaitu IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia ). Bahkan Perisai Diri merupakan salah satu anggota 10 Perguruan Historis, yaitu sepuluh perguruan pencak silat yang berkontribusi besar terhadap berdirinya dan berkembangnya IPSI pertama kalinya. Maka dari itu Perisai Diri juga turut aktif menerjunkan atletnya dalam even kejuaraan yang diikuti oleh berbagai perguruan pencak silat, dimulai dari Porda Tk.II (POR Kota Batam), Porda Tk.I (Porprov Kepulauan Riau), Porwil, PON, SEA Games dan Kejuaraan Dunia. Untuk kalangan pelajar ada even Popda dan Popnas, untuk mahasiswa ada even Pomda dan Pomnas. Para atlet silat Perisai Diri dari berbagai daerah telah banyak menyabet medali dari gelanggang tersebut.
Aspek Pembinaan Mental
Selain pembinaan jasmani, pencak silat juga memperhatikan pembinaan mental spiritual dengan harapan agar pesilat yang telah memiliki kemampuan lebih dalam ilmu bertarung, terutama bagi pemuda sebagai generasi andalan bangsa, mempunyai budi pekerti yang luhur.
Diharapkan dengan menanamkan jiwa ksatria dan sportif akan berdampak positif khususnya bagi remaja dan pelajar, diantaranya menghindarkan diri dari tawuran antar pelajar serta kenakalan remaja lainnya termasuk terlibat dalam obat-obatan terlarang dan pergaulan bebas. Melatih disiplin dan etika hormat kepada orang tua dan guru juga tidak kalah pentingnya.
Pembinaan mental spiritual dalam Perisai Diri disebut kerokhanian. Keseimbangan antara pengetahuan silat dan kerokhanian akan menjadikan pesilat Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, bermental baja dan berbudi luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak.